Mengejar Layangan Putus

Sejak kecil saya tinggal di kota. Dengan lahan terbuka yang sangat terbatas. Layangan jelas bukan mainan favorit saya.

Tapi saya ingat pernah bilang ke seorang teman kalau main layangan adalah salah satu impian saya. Ya, receh sekali memang impian anak kota ini.

Dan akhirnya dia mengajak saya main layangan. Di hari itu juga dia bilang dia mau menikah.

Rumah tangga yang harmonis sepertinya adalah impian banyak orang. Suami yang sering mengungkapkan kata cinta, peluk dan cium basa-basi, dan kejutan-kejutan kecil yang manis. Istri yang menyambut dengan senyum, mungkin juga selalu sempat memasak makanan kesukaan. Juga anak-anak yang manis yang hobinya merapikan mainan bukannya membuat rumah menjadi seperti kapal pecah (eh curhat).

Tapi yaaa, semua romansa bukan berarti tidak ada rahasia.

Seperti yang sekarang sedang populer itu, serial Layangan Putus, yang diperani oleh Reza Rahardian dan Putri Marino.

Lagi-lagi, tulisan ini bukan review. Haha.

Saya nggak jago me-review apa pun.

Selain nggak jago, the series hits too close to home for me. Terlalu banyak problem rumah tangga setema yang lewat dalam hidup saya dan saya tidak berminat untuk menyaksikan drama seperti itu lagi, meski hanya di layar kaca.

Saya nonton dua episode pertama. Yaaa nontonnya nggak baca sinopsis dulu soalnya, kirain cinta-cintaan cemen aja. Haha.

Tapi itu jadi membuat saya kepikiran

Kalau sekarang tiba-tiba pasangan kita datang dan meminta kita untuk memberikan hp kita untuk dibaca-baca, apakah kita akan memberikannya?

Notifikasi apa yang kita harap tidak dilihat oleh pasangan?

Bagaimana dengan search history? Terlalu memalukan bahkan untuk dilihat oleh pasangan sendiri?

Ada berapa lembar cerita yang kita tidak utarakan?

Ganjalan apa saja yang tak sanggup kita ucapkan?

Iya, privacy. Iya, kebebasan untuk jadi diri sendiri. Nggak ada yang larang. Pertanyaannya cuma, boleh nggak diliat? Sekali ini saja.

Yaa begitu lah. Dosa memang urusan masing-masing #lah #kesimpulanmacamapaini

Leave a Reply