Dunia Dalam Pikiran

Masih dalam suasana kurang tidur karena banyak pikiran, maka marilah kita “buang” beberapa pikiran ke dalam pensieve ini.

via GIPHY

Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya yang susah dibangunin dan malas berangkat sekolah. Belum lagi harus tarik urat untuk nyuruh ngerjain PR. Sejak Abra TK B saya tidak pernah lagi mengalami ini. Lupa terakhir itu saat dia pre-school atau TK A. Itu juga sebenarnya alasannya “sepele”, kata Abra gurunya bau, jadi dia nggak mau sekolah.

Di masa pandemi, anak-anak sekolah online, Abra juga demikian. Ga jarang, saya masih tidur, dia sudah ganti seragam sendiri dan duduk di depan iPad untuk mulai sekolah.

PR pun hampir tidak pernah saya kejar (kalau sudah saya kejar, berarti saya sudah dikejar gurunya Abra 🤪). Kalau dia mau kerjain, yaa dikerjain, kalau nggak, ya sudah, paling besok dia ketinggalan pembahasan dengan teman-temannya, jadi akhirnya dia kerjain sendiri keesokan harinya.

Ya, orang tua macam apa saya ini, menyia-nyiakan potensi besar semacam itu.

Dan ini yang sebenarnya sering merasuki kepala saya yang semakin tertutup uban ini.

Apa yang harus saya lakukan untuk membantu dia menyentuh limitnya, if not go beyond it.

Apa mau dikata, ke-tidak-disiplin-an saya sendiri berimbas kepada keluarga, yang berujung, semua rencana hanya berakhir wacana. Penyesalan sudah jadi makanan sehari-hari. Perubahan masih belum kunjung terlihat.

Kadang begitu saya mau berubah dan memperjuangkan, ada saja temboknya. Salah satu yang paling sering, “mau ngapain sih emang anaknya dipaksa harus seperti itu?”

Ah alasan saja sih itu mah. Kalau memang saya disiplin, harusnya bisa saya kerjakan juga tanpa peduli angin lalu. Sayangnya PR diri sendiri masih banyak.

Tapi pembelaan sedikit, setidaknya, saya sudah berpikir. Setidaknya, I got the masterplan, waiting to be executed. Do you have one?

Haha. Dibaca-baca lagi memang excuse banget kalimat di atas ya ☠️

Leave a Reply