https://www.youtube.com/watch?v=ZGoWtY_h4xo
Salah satu hal yang membuat saya yakin untuk memilih menjalani hidup bersama Pancit adalah dari caranya menatap saya. Entah karena matanya yang besar atau bagaimana, tetapi saat dia menatap saya, saya merasa menjadi orang yang paling dia kagumi sedunia. Tatapannya untuk saya bahkan kadang membuat saya besar kepala dan merasa sayalah yang terhebat. Tatapannya seakan berkata aku mencintai kamu kemarin, hari ini, dan esok hari. (Ga kayak Iwan Fals yang cuma bisa berkata aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti)
“Look into my eyes, you’ll see what you mean to me.”
Lagu Bryan Adams yang sangat populer di tahun kelahiran saya ini sebenarnya agak cheesy ya, tetapi seandainya Pancit menyanyikan lagu ini sebagai sebuah pernyataan cinta untuk saya, saya ga akan ragu sedikit pun kalau memang seperti itulah yang dia maksud.
Kalau istri-istri lain pusing putar otak bagaimana mengubah suaminya menjadi lebih bertanggung jawab dan dewasa, saya malah pusing karena saya merasa tertinggal dalam mendalami peran baru di hidup kami ini.
Pancit jauh lebih mengetahui berbagai detail tentang saya dibanding saya tahu tentang dia. Dia bisa dengan mudah menyebutkan warna kesukaan saya, makanan kesukaan saya, mengetahui kapan saya sedih, kapan saya marah, bahkan dia tahu apakah saya akan menyukai sesuatu atau tidak. Saya curiga dia lebih mengenal saya daripada diri saya sendiri -.-
Pancit selalu menomorsatukan kebahagiaan saya, di saat saya hanya peduli pada kebahagiaan saya sendiri. Pernah dia marah saat saya menangis, bukan, bukan marah kepada saya, tetapi marah kepada dirinya sendiri karena merasa tidak bisa membahagiakan saya. Padahal penyebab saya sedih juga ga ada hubungannya sama dia.
“Everything I do, I do it for you.”
Dia tidak pernah berkata seperti itu dan tak perlu berkata seperti itu. Karena saya bisa melihat cinta dari matanya, perbuatannya, tingkah lakunya. Karena saya merasakan cinta dari setiap apa yang dia lakukan.
Hai Pancit!
Terima kasih banyak atas semua cinta yang sudah kamu berikan.
Terima kasih karena sudah menunjukkan bahwa cinta bukan hanya sekedar kata pemanis bibir.
Terima kasih karena sudah membuat saya merasa menjadi orang paling beruntung sedunia.
Terima kasih karena sudah menjadi suami yang sangat baik (semoga seterusnya).
Terima kasih karena telah menjadi salah satu kebahagiaan saya.