Keren bener dah judulnya, dah kayak orang nikah beneran. Hahaha. Meskipun dah ga seumur jagung lagi, tapi kadang masih gimanaaaa gitu rasanya. Perbedaan yang paling jelas sejauh ini ya cincin aja. 😛
“Dalam rumah tangga wajar kalau ada gejolak – gejolak. Hati – hati menghadapinya. Salah langkah bisa berbahaya”, demikianlah pesan kebanyakan orang.
Sebenarnya sih, menurut saya, ga hanya rumah tangga saja yang memiliki gejolak. Selama ada interaksi antar manusia, yaaa hampir bisa dipastikan gejolak akan datang. Hanya mungkin, karena interaksi antar suami dan istri lebih dekat dan lebih sering dari kebanyakan interaksi yang lain, makanya kita ga pernah dinasehati seperti demikian saat akan memulai hubungan lain, pertemanan, misalnya.
Tiap – tiap mereka yang melaju pasti punya permasalahan khas masing – masing. Ada yang pasangannya cemburuan, ada yang tukang tepe – tepe (tebar pesona), ada yang pasangannya hemat banget kalau ngomong, ada yang terlalu sibuk sama kegiatan di luar. Macam – macam lah pokoknya. Masalah saya sama Pancit yang mana?
Saya sama Pancit itu sebenarnya bawel. Apa aja dikomenin. Nah, dari situlah biasanya awal mula si gejolak itu. Saya sama Pancit pernah hampir berantem karena bemper angkot! Yes, people. Kalian ga salah baca, bemper angkot. Kita berdebat tentang bagaimana cara angkot (atau mobil pada umumnya) bisa diceperin. Saya, sebagai anaknya orang yang pernah punya angkot ceper, dengan pedenya bilang, “bodinya ditambah aja, jadi badan angkot lebih panjang, hasilnya angkot ceper”. Di sisi lain, Pancit, sebagai adiknya orang yang pernah punya mobil ceper, bilang, “untuk men-ceper-kan mobil, per mobil itu dipotong”. Saya ga percaya. Jadilah kami berdebat.
Cemen ya?
Tenang, masih ada yang lebih cemen!
Kami pernah berantem karena terlalu kangen satu sama lain. Yep! Terlalu. Kangen. Satu. Sama. Lain. Bukannya romantisan untuk meredakan kangennya, kami malah berantem. Kalau diingat – ingat sekarang sih, lucu ya. Tapi pas ngejalanin, sumpah ga ada lucu – lucunya sama sekali!
Nah, bagaimana cara kami menyelesaikan masalah – masalah “sepele” itu?
Biasanya, permasalahan kami selesai di tengah malam, saat kami mulai lelah dan ga punya tenaga lagi untuk berantem. Emosi akhirnya mereda dan akal sehat kembali mengambil alih. Suara mulai direndahkan dan kata maaf serta, tentunya, kata cinta mulai diobral. Ga jarang, ditambah bumbu air mata sedikit, supaya lebih sedap.
Masalah ga akan selesai kalau ga ada pihak yang mau menginjak rem berhubung tadi dah ngomongin angkot, sekalian aja pake analogi permobilan yee. Salah satu dari keduanya harus mengalah. Dari sini juga mungkin perkataan “mengalah tak berarti kalah” itu berasal. Seandainya keduanya tetap kekeuh menginjak gas, mungkin akhirnya malah keduanya yang kalah. Karena pasangan suami istri itu seperti dua angkot yang dihubungkan oleh sebuah karet. Saat salah satu mengerem, angkot yang lain harus melambat dan ikut berhenti, jika tidak ingin karetnya putus. Percaya saja kalau pasangan kita memang masih cinta dan bukannya mau membiarkan karetnya terputus.
Misalnya saja weekend kemarin, saat saya sedang bersikap irrasional. Irrasional pol. Gigi 4! (Angkot cc-nya rendah :p) Tapi, bukannya balas berbuat konyol, Pancit malah memeluk saya dan bilang, “maafin aku ya”. Akal sehat saya mendadak kembali dan kebingungan, “lha iki piye, saya harus gimana sekarang? Saya yang salah (tapi saat itu masih gengsi ngaku salah) tapi kok malah dia yang minta maaf”. Akhirnya saya ikut menginjak rem juga.
Diantara dua orang yang berseteru itu, biasanya ada salah satu yang lebih sering mengalah. Di kediaman kami, orang itu adalah Pancit. Jadi, seandainya kalian terkena gejolak ini, silakan coba untuk mengalah. Coba aja cara Pancit, peluk lalu minta maaf. Kalau bagi saya, itu cukup untuk membuat saya luluh. Oh iya, setelah minta maaf. supaya makin afdhol, bicara langsung dekat kuping pasangan sambil tetap dipeluk. Nyemmm. Siap – siap ember buat nampung air mata dan lelehan hati 😛
[…] suka sekali bicara, dialog atau bahkan berdebat. Bicara tentang dari hal yang tidak penting seperti bemper mobil, hingga debat tentang sepak bola, poltik, negara dan bahkan agama. Dan pembicaraan yang terakhir […]
[…] suka sekali bicara, dialog atau bahkan berdebat. Bicara tentang dari hal yang tidak penting seperti bemper mobil, hingga debat tentang sepak bola, poltik, negara dan bahkan agama. Dan pembicaraan yang terakhir […]