Tutup Matamu, Nak

Di tengah dunia yang katanya semakin gila ini, banyak hal-hal yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita pegang dan ingin kita ajarkan ke anak kita.

Lalu apa yang kalian lakukan kalau berhadapan dengan hal-hal kayak gitu?

Kalau saya mah ya hadapi. Jangan dihindari. Karena cepat atau lambat anak-anak kita akan menghadapi hal-hal itu kan. Dan apa yang sudah kita bekali untuk mereka akan menentukan sikap mereka untuk menghadapi hal-hal tersebut.

Ah ini apa sih paragraf-paragraf awal mbulet banget nulisnya. “Apa sih bunda, ga jelas,” kalau kata Abra mah.

Jadi begini, sesungguhnya saya agak triggered dengan reaksi banyak orang terhadap sikap dan pilihan orang lain.

Misalnya saja, drama pemilu yang ga kelar-kelar di berbagai tingkat, debat soal LGBT, penggunaan celana pendek di mal, sensor badan Sandy di Spongebob. Hhhh…

Saya ga setuju dengan pemaksaan nilai-nilai moral terhadap semua orang (ini bahkan ga tahu ya, nilai moral itu frasa yang benar apa nggak, tapi maksudnya jelas lah ya). Karena apa? Ya karena nilai yang dianut semua orang itu GA SAMA.

Menurut saya, yang harus diajarkan ke anak sebenarnya ya sesimpel itu, KITA BEDA. KITA GA SAMA.

Kalian ga setuju dengan LGBT? Ya ga pa pa, tapi apakah itu akan menihilkan fakta kalau ada orang-orang yang memilih untuk melakukan praktek itu di sekitar kita? Tidak.

Kalian memilih untuk menutup aurat? Ya alhamdulillah. Tapi apakah itu berarti harus memandang jijik ke semua yang pakai celana dan baju pendek? Ya, kalau bisa jangan.

Menutup mata anak terhadap semua fenomena itu, menurut saya, malah merugikan bagi kita ke depannya. Loh kok bagi kita? Ya karena hal-hal yang salah itu semuanya masih MENURUT KITA. Belum menurut anak-anak kita, mana tahu dia punya pendapat lain. Tapi gimana kita bisa tahu pendapat anak kita, gimana kita bisa mengajak anak kita untuk memiliki pendapat yang sama dengan kita kalau kita MENUTUP MATA nya atas semua itu. Kita menghalangi dia untuk melihat semua itu.

Kenapa ga kita ajak anak kita untuk ngobrol? Santai aja. Kalau menurut kalian orang-orang bisa menyusupi nilai-nilai LGBT dengan halus lewat buku anak-anak misalnya, kenapa kita sebagai orang tuanya ga bisa melakukan hal yang sama dengan lebih halus lagi?

Nak, setiap orang itu berbeda. Kadang kamu ga akan setuju sama pendapat orang lain, itu ga pa pa. Tapi belum tentu kamu benar. Hahaha.

KITA BERBEDA. DAN KAMU GA SELALU BENAR.

Saya sih inginnya bisa mengajarkan itu ke anak-anak saya.

Terus kalau ada yang ga sesuai dengan nilai-nilai yang keluarga kita pegang gimana? Ya bekali anak dengan cara-cara untuk mengatasinya.

Misalnya baju buka-bukaan. Saya mencoba menjelaskan ke Abra, kalau pakai baju minim itu malu. Karena saya memang malu pakai baju minim. Tapi ada orang-orang yang ga malu. Ada yang memang suka pakai baju minim. Kalau kamu malu melihat itu, begitu terlihat tutup mata kamu ya.

Alhasil Abra kalau melihat baju minim sekarang tutup matanya sendiri. Sekarang saya jadi bingung ngejelasinnya kalau nonton berenang. Gimana nontonnya kalau sambil tutup mata? *tepokjidat

KITA BERBEDA. DAN KAMU GA SELALU BENAR.

Sebelum mengajarkan anak untuk mengajak orang lain mengikuti pendapatnya, saya inginnya bisa mengajarkan anak untuk mengendalikan dirinya sendiri dulu. Pegang nilai-nilai yang kamu percayai dan konsisten. Buktikan itu ke diri kamu sendiri, sebelum bicara ke orang lain. Karena kalau nggak, kamu tong kosong saja.

Yang pasti, saya ga setuju banget dengan menghindarkan anak dari hal-hal “kontroversial”.

Dia pasti akan berhadapan dengan itu, dan lebih baik dia sudah punya bekal untuk menanganinya. Daripada pas sudah besar dia ga tahu apa-apa.

Kalian pikir dia akan datang dan bertanya ke orang tuanya pas sudah remaja nanti? Mon maap guys, tapi buat kebanyakan anak remaja, orang tuanya tidak cukup pintar untuk ditanya dan diidolakan. Saya sotoy? Ya dulu waktu saya remaja sih saya menganggap orang tua saya ga tahu apa-apa tentang dunia ini, jadi saya sudah ikhlas kalau nanti anak-anak saya menganggap saya bodoh pas mereka remaja.

Sekali lagi ya, KITA BERBEDA. DAN KAMU GA SELALU BENAR.

Begitu juga dengan tulisan ini. Belum tentu benar, tapi ini nilai yang saya pegang saat ini.

Leave a Reply