Di suatu sore yang terancam deadline, saya tiba-tiba ingin mendengarkan Sheila on 7. Mungkin karena minggu sebelumnya ditunjukin YouTube Sheila on 7 di Vindes oleh Pancit.
Saya buka spotify dan langsung mencari Sheila on 7. Yang pertama saya buka tentu saja “This is Sheila on 7” dong ya, tapi agak ga sreg dengerinnya, lalu saya lihat list album mereka dan bertemu dengan satu cover album yang familiar banget, Pejantan Tangguh.
Kaset (tua banget astaghfirullah) Pejantan Tangguh itu salah satu dari sedikit kaset yang saya beli sendiri. Bahkan sepertinya cuma dua kaset yang saya pernah beli sendiri, kaset satunya lagi itu OST Captain Tsubasa yang pakai Bahasa Jepang, berhadiah poster. Ga bisa ikut karaokean, cuma bisa nyanyi pas “dragon screamer, dragon fever, no questioooooooon!!!”
Moment yang paling saya ingat dengan album ini tuh saat dengerin (dan karaokean) album ini di mobil bareng adik-adik. Mobil pinjaman dari kakak ayah saya. Di mobil itu jarang banget kami bisa pilih lagu, seringnya dengerin lagu-lagu Padang romantis (Ubekkan deeeenaaaaaaaiiii – siapa tahu ada yang pernah dengar 😅), tapi di hari itu saya bawa kaset dan sepanjang perjalanan Depok – Gramedia Matraman kami mendengarkan lagu-lagu di album itu. Karena ke Gramedia Matraman, berarti ini ga jauh-jauh dari Idul Fitri, karena orang tua saya hanya mau diajak ke sana setelah kami dapat THR 🙈
Saya pun mulai mendengarkan di sore itu. Sambil kerja tentunya, kan deadline.
Lagu lagu pembukanya bucin semua lah ya..
Pejantan Tangguh – begitu banyak lagu yang tercipta untukmu, hanya saja aku tak bisa mengungkapnya kepadamu
Itu Aku – Tahukah lagu yang kau suka? Tahukah bintang yang kau sapa? Tahukah rumah yang kau tuju? Itu aku!
Di lagu ini seingat saya, ada lirik yang kebalik dari lirik yang tertulis di albumnya. Dan saya lebih suka yang tertulis, karena kontras:
Coba ke luar di malam badai, nyanyikan lagu yang kau suka, maka kehangatan yang kau rasa
Coba ke luar di terik siang, ingatlah bintang yang kau sapa, maka kesejukan yang kau rasa
Kalau yang dinyanyiin kehangatan dan kesejukannya kebalik.
Pemuja Rahasia – Akulah orang yang akan selalu memujamu. Akulah orang yang akan selalu mengintaimu.
Kalau ga salah ingat, kita heboh banget nyanyi lagu ini di mobil waktu itu, karena yaa ngerap ala ala gitu kaaan
Pilihlah Aku – Kadang kata tak berarti. Kalau hanya kan sakiti. Diam bukanlah tak ingin. Degup jantung kian terbisik. Tanda cinta yang bersemi
Brilliant – Aku adalah hamba yang bersinar bila kau sentuh. Tiap gerak kecilmu meledakkan hatiku. Seakan tak percaya sentuhanmu adalah nyata.
Tanyaku – Sesaat tersenyum dan kau pun lalu terdiam. Dan berpaling biaskan laguku. Seolah tak tahu, hanya engkau yang ku tuju. Akan ku nantikan hatimu mengiyakanku.
Enam lagu sudah. Semuanya ngemis untuk dicintai balik. Tangguh banget emang para pejantan ini.
Tiba tiba berubah.
Generasi Patah Hati – Tawa lepasmu adalah tangisanku. Kelakuanmu adalah deritaku.
Perut buncitmu kurusnya bayi mereka. Rumah mewahmu, keringat mereka. Kebodohan ini harus segera diakhiri. Sebelum kita benar-benar mati.
Aku generasi yang patah hati. Aku harus belajar tersenyum sebelum membunuh. Sebelum membunuh rasa takutku.
Ku bekerja siang dan malam agar istriku bahagia. Semoga kelak anak kita hidup selayaknya.
Aku siap tuk lupakan mimpi ego mudaku.
Aku akan perjuangkan masa depan anakku.
Wow. Theme song lembur banget ini mah. Mana dengerinnya lagi deadline kan, gimana mata nggak berkaca-kaca.
Sayangnya bekerja saja tidak cukup untuk membahagiakan anak istri. Sayangnya siang malam bekerja justru malah membuat anak istri semakin jauh.
Semakin berkaca-kaca.
Coba Kau Mendekat – Langkahku mengajak kau untuk temaniku. Walau kamu mencoba bisu. Semakin ku dekati dirimu yang tak peduli. Daripada termangu sepi. Coba mendekat. Tuangkan hasratmu. Coba kau mendekat. Tuangkan hasratmu.
Weeelll…
Ketidakwarasan Padaku – Aku mulai nyaman berbicara pada dinding kamar. Aku takkan tenang saat sehatku datang. Luka hati akan mati. Jika jiwa terus menari dan bermimpi. Ketidakwarasan padaku. Selimut tebal hati rapuhku. Aku takkan sadari bahwa kau tak lagi di sini.
Who can’t relate to that, right?
Pendosa – Mungkin hanya dirimu yang bisa aku kagumi. Sakit, terlalu sakit benci memimpikanmu. Hati dan raga ini terlalu mengharapkanmu. Hingga kagum menjadi duri.
Kangen banget sampai jadi berantem? Ya lagu ini lah pengiringnya. Hahaha.
Jangan Beritahu Niah – Tolong jangan beritahu Niah. Bahwa kini tiada lagi cinta. Yang ku rasa pada sentuhannya. Pada tiap buaiannya.
Tolong jangan beritahu Niah. Bahwa kini hatiku terbawa. Pada seseorang di sana. Pada satu cinta di sana.
Tak kan sampai hati bila ku pergi. Meninggalkan Niah, melukai Niah. Aku akan selalu ada di sampingnya. Aku akan selalu merawat Niah di sini.
That’s pejantan tangguh. That’s commitment. Nice. Bukan mencari buaian lagi ya pak bapak bapak dan bu ibu ibu.
Dipertegas juga di akhir lagu…
Semakin hari terbangun aku memikirkanmu
Semakin hari terbangun aku memikirkanmu
Semakin hari terbangun aku memikirkanmu
Ga tahu sih dipertegas atau diperlemah. Ga tahu “mu” nya siapa 🙈
Dan lagu terakhir…
Khaylila’s Song – Satu hal yang pasti. Ajarkan anak kita berbagi, memberi. Lebih dari yang kita lakukan untuk saat ini.
Ah simpel sekali. Tidak perlu meninju congkaknya dunia.
Dengan senyummu, senjata membeku
Tentara bernyanyi, ikuti tingkahmu
Tak ada lagi naluri menguasai
Perlahan berganti, naluri berbagi