Waktu pertama kali tahu kalau saya sedang hamil, saya langsung cari-cari stroller! Yes, seniat itu. Karena pengalaman dengan anak pertama, stroller ini penting banget buat kemana-mana sampai nanti anaknya mulai aktif jalan. Saya termasuk tim jarang gendong, karena gendong bayi dalam waktu lama itu berat. Selain itu kayaknya mereka lebih nyaman kalau tidur di stroller, bisa beragam gaya, daripada pas di gendong.
Setelah mencari-cari, akhirnya berjumpa dengan stroller dari negeri kincir angin, Greentom. Tagline nya catchy banget! “The greenest stroller on Planet Earth.” Sebagai orang yang ingin terus berusaha supaya bumi ini masih layak diwariskan kepada anak cucu saya nantinya, saya tergoda banget dengan taglinenya, langsung pengen beli saat itu juga.
Selain itu, dalam beberapa campaign, Greentom kerap menggaungkan “ringan, tapi kuat.” Nah ini saya cari banget nih, karena kita kan keluarga mandiri, harus naik-turunin stroller sendiri, tanpa sopir, jadi daripada double encok, gendong anak dan angkat stroller, lebih baik cari stroller yang ringan. Saya ga sempat nyobain langsung strollernya sebelum akhirnya memutuskan membeli. Saya hanya melihat, membaca, dan menonton banyak review, termasuk beberapa review di Babyologist ini.
Begitu memutuskan untuk membeli, saya langsung pilih-pilih kira-kira mau warna yang mana yaaaa. Karena Greentom ini pilihan warnanya banyaaaak banget! Saya membandingkan beberapa foto di Instagram, hingga akhirnya menjatuhkan pilihan ke warna petrol untuk seat nya dan frame abu-abu. Tapi ternyata susaaaaaaaah banget dicarinya. Huhu. Saya menghubungi banyak sekali toko demi menemukan warna idaman, sayangnya tidak berjodoh di mana-mana. Ada satu toko yang menyanggupi untuk pre-order, tapi saya butuh cepat waktu itu. Akhirnya saya memilih warna all black.
Setelah datang, saya tidak menyesal. Ganteng banget warnanya!
Klaim ringan tapi kuat pun sudah saya buktikan. Tahu sendiri kan jalur pejalan kaki di Indonesia itu seringnya tidak ramah stroller dan kursi roda, jadi saya terpaksa mengangkat stroller (dengan bayi di dalamnya) di beberapa kesempatan. Saya tidak menghadapi kendala yang berarti untuk mengangkat itu. Selain itu, stroller Greentom ini mudah banget dikendalikan. Saya sudah coba strollernya di mal yang mulus, jalanan beton, jalanan berlubang-lubang dan berbatu, sampai ke daerah berpasir. Strollernya bisa saya kendalikan dengan mudah. Hanya ada satu tempat sejauh ini di mana stroller ini terasa berat, yaitu di karpet lobi bioskop.
Di satu kesempatan, kami sedang jalan-jalan di mal dan anak pertama saya mengantuk dan jadi agak cranky. Saya pun mencoba menggeser si bayi sedikit dan memberikan ruang untuk kakaknya duduk. Ternyata masih muat dan masih gampang didorong! Tentu saja saya tidak menyarankan ini ya, karena kurang aman, tetapi untuk beberapa keadaan mendesak, mungkin ini bisa diterapkan. Pun jika tidak dipakai berdua, saya bisa menggendong si adik dan mendorong si kakak di stroller. Sebagai gambaran, saat itu anak pertama saya berusia empat tahun dengan berat 17 kg dan adiknya berusia hampir dua bulan dengan berat sekitar 5 kg.
Tentu saja dibalik semua keunggulannya, Greentom memiliki beberapa kekurangan. Salah satu yang paling menonjol adalah bagasinya yang keciiiil sekali. Biasanya saya bisa meletakkan tas di bagasi stroller, tapi sekarang tidak muat sama sekali. Greentom memang menyediakan tas belanja Greentom yang bisa digantung di dekat bagasinya. tapi penambahan harganya lumayan T.T
Cara membuka dan menutup stroller pun agak sedikit sulit, terlebih di tengah trend stroller-stroller yang bisa dibuka dan ditutup dengan satu tangan. Untuk membuka dan menutupnya kita harus meminta bantuan orang lain, atau meminta orang lain untuk memegang anak kita terlebih dahulu.
Salah satu kekurangan lain yang tidak menjadi concern utama saya yaitu ukurannya yang tidak bisa masuk kabin. Tapi saya rasa kenyamanan yang ditawarkan Greentom tetap worth it dibandingkan dengan sedikit keribetan untuk menitipkan stroller di pesawat.
Overall, saya sangat suka dengan Greentom ini, pak suami pun setuju dengan pilihan saya. Padahal dia termasuk orang yang hard-to-impressed.