Disclaimer: This is not a financial advice. This is far from financial advice. This is probably the article that your financial planner will refer to when they’re going to give wrong example.
Beberapa malam yang lalu, saya ngobrol dengan Pancit tentang mau dibawa keeee manaaaaaa hubungan kiitaaaaa.. Boong deh, kami ngobrol tentang masa lalu, anak-anak, dan mau dibawa ke mana isi bank kita. Haha.
Kami tidak datang dari keluarga yang cukup stabil keuangannya. Ibarat lagu dangdut, keuangan keluarga kami waktu itu “jatuh bangun aku mengejarmuuuuu”.
Ingat PHK besar-besaran di tahun 1998? Ayah saya adalah salah satu korbannya.
Minjemin uang banyak sebelum krisis moneter ke orang dan sampai sekarang masih belum terlihat hilal kembalinya? Ayah Pancit adalah korbannya.
Uniknya, pelajaran yang kami ambil dari pengalaman itu ternyata sangat berbeda.
Bagi saya, ya sudahlah, kalau kita jatuh, kita bangun lagi besok. Nangis kencang-kencang ya ga pa pa, kan jatuh sakit. Tapi setelah itu ya “tinggal” berusaha lagi. Well, mimpinya sih bisa hidup santai malas-malasan tanpa perlu berusaha lagi, tapi kalau pun tidak tercapai ya ga pa pa.
Bagi Pancit, stability is the priority. Kita harus punya nafas yang cukup panjang. Bahasa startup kekiniannya, “runway kita harus panjang”.
Kenapa berbeda? Karena alhamdulillah orang tua saya sehat, sehingga bisa jatuh bangun, namun ayah Pancit memiliki penyakit yang akhirnya membuat keluarganya pincang dan kesulitan untuk jatuh bangun.
Oke, sekarang loncat. Daritadi ngomongin jatuh bangun, sekarang loncat, ini lagi nulis blog atau mimpin aerobik sih?!
Beberapa hari yang lalu saya membaca cerita salah satu selebgram yang sudah berhasil mencapai FIRE (Financial Independence, Retire Early). Untuk yang belum tahu tentang FIRE, silakan google ya, tapi mungkin sederhananya adalah bunga (bagi hasil) dari depositomu sudah cukup untuk membiayai hidup bulanan. Dan biasanya, itu berarti kita perlu mengumpulkan sekitar 25 kali dari kebutuhan tahunan. Katakanlah kebutuhan kita sekarang empat juta rupiah sebulan, maka setahun kita butuh 48 juta, dan untuk mencapai FIRE, kita butuh 1,2 M di deposito.
Selebgram itu berhasil mencapai FIRE dalam tiga tahun setelah dia menetapkan diri untuk mengejar FIRE. Setiap bulannya, dia menabung sedikitnya setengah dari penghasilannya dan kalau ada bonus atau penghasilan tambahan, porsi tabungan pun membesar. Tentu saja sebelumnya dia sudah menerapkan hidup frugal dan tidak memulai tabungan dari nol ya.
Iri dong ya. Keren kan. Makanya saya ngobrol tentang ini dengan Pancit.
Tapi, menengok ke belakang, sekarang, dan ke depannya, saya tidak yakin bisa menerapkan hal yang sama.
I’m a big fan of school. HUUUGE FAN! Meskipun banyak orang sekarang mulai mengedepankan pendidikan bisa diperoleh tidak hanya dari sekolah, tapi saya masih percaya sekolah formal adalah cara “termudah” untuk meningkatkan kesejahteraan hidup kita yang termasuk menengah ke bawah.
Tidak hanya sekolah, saya senang banget mencoba berbagai hal, sayangnya waktu kecil dulu saya kurang bisa mendapatkan kesempatan itu, alhamdulillah karena keterbatasan sana sini. Tidak kekurangan, hanya terbatas.
Ini membentuk perspektif saya tentang bagaimana saya mau mengenalkan dunia ini ke anak-anak. Saya mau mereka tidak ragu mencoba apapun. Saya mau mereka pernah merasakan cukup banyak hal untuk bisa menghubungkan knowledges mereka di masa depan. Alasan sebenarnya sih karena kalau mereka di rumah terus kami akan sering menerima komplain tetangga yang keberisikan.
Saya masih awkward banget berkomunikasi dengan para bocah. Interest kami sejauh ini pun sepertinya tidak sejalan. Saya juga tidak sekreatif mama-mama juara idola semua anak. Selain itu kemampuan saya di berbagai bidang juga sangat memprihatinkan, makanya saya mau mengenalkan banyak hal ke anak-anak lewat berbagai macam courses, short courses, long courses, camp, bootcamp, summer camp, whatever you call that kind of experience.
Awalnya saya ingin menyimpan sebanyak-banyaknya uang untuk anak-anak kuliah di manapun yang mereka mau. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kalau sekarang kami tidak memaksimalkan potensi mereka, yaa wajar saja kalau nanti saat kuliah kami masih harus keluar biaya banyak.
Di sini kami kembali gambling, semoga apa yang kami sudah siapkan untuk anak-anak sekarang bisa membantu mereka di kemudian hari untuk mengumpulkan sendiri resource yang mereka butuhkan.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, thanks to my parents’ efforts saya bisa sekolah cukup tinggi. Sayangnya itu tidak cukup untuk menghapuskan dahaga saya untuk mencoba segala macam begitu ada kesempatan, walhasil saya berpindah-pindah bidang pekerjaan sebelum akhirnya settle di pekerjaan sekarang. Dibandingkan dengan teman-teman seangkatan, bisa dibilang saya telat memulai lima tahun. Tak hanya itu, network yang saya punya juga minim banget. Lengkap ya. Hahaha.
Sandwich gen juga? Iya banget.
Menabung 50% dari penghasilan bulanan dengan semua keinginan dan kebutuhan itu tentu saja tidak mungkin. Kami masih berada di tahap memperbaiki kualitas hidup kami dan orang-orang di sekitar kami. Kalau melirik saran para financial planner, mungkin kami masih di tahap perlu meningkatkan penghasilan dan menyiapkan proteksi. Kami masih belum masuk ke tahap investasi.
Tidak apa-apa. Belum bisa FIRE.
Tentu saja pertimbangan ini tidak begitu saja terjadi. Lalu bagaimana nanti, kalau sudah pensiun, apakah kami berencana bergantung dengan anak-anak?
Harapannya tidak.
Harapannya kami tetap sehat, sehingga bisa jatuh bangun sendiri. Selain itu, kami juga menghitung usia produktif. Jika usia pensiun adalah 55 tahun, kami masih punya sekitar 10 tahun, setelah menyelesaikan kewajiban finansial terhadap anak-anak, untuk mengumpulkan kebutuhan pensiun kami sendiri.
Jika kami sakit, sejauh ini kami sudah berusaha melengkapi kebutuhan proteksi, semoga dicukupkan begitu dibutuhkan.
Sejauh ini, FIRE belum terlihat sebagai sesuatu yang bisa kami capai. Sekarang kami lebih ke WATER, let it flow. Haha, nungguin singkatannya ya?? Belum ada, mikir dulu, nanti diupdate deh post nya kalau sudah ada.
