Cemburu Pada Anak yang Belum Lahir

Entah karena niat jelek saya yang ingin ngerjain Pancit saat saya hamil, atau karena apa, saya melewati masa-masa awal kehamilan tanpa drama ngidam-ngidaman.

Malah yang terjadi itu 180 derajat terbalik dari ekspektasi saya.

Alih-alih nyusahin Pancit secara berlebihan, saya malah jadi cinta banget sama Pancit. Terlebih Pancit juga berubah jadi Super Saiyan Sweet. Hampir tiap hari dia masak, ngebawain cemilan, ngebuatin jus buah, mijitin, dan terutama ngegombalin saya. Gimana ga makin cinta coba?

Gambar diambil dari sini.

Beberapa waktu lalu bahkan saya sempat merasa kalau semua orang jelek dan cuma Pancit saja yang ganteng. -.-*

Rasa cinta yang sedikit berlebih dan entah datang darimana ini ternyata merembet ke hal lain juga. Saya jadi cemburu sama anak saya sendiri. Iya, cemburu sama bocah yang belum lahir!

Saya khawatir nanti kalau anak saya lahir, ga akan ada momen romantisan dari Pancit lagi. Apalagi saya kan pasti kalah kiyut dari si mbel, jadi bukan ga mungkin Pancit nanti deket-deket sama si mbel doang, sayanya dilupain. Saya ga siap berbagi gombalan Pancit dengan si mbel! 😡

Kekhawatiran ini sebenarnya bukan tanpa alasan sih. Melihat pengalaman beberapa suami istri setelah memiliki anak, anak-anak akhirnya menjadi prioritas nomor satu. Dan satu-satunya. Selain itu saya sempat jiper juga menerima saran dari seorang tetua untuk menikmati waktu berdua sebelum anak lahir karena nanti akan sulit mendapatkan momen romantis setelah memiliki anak. Hadeuuuh. Bagaimana nasib gombalan-gombalan untuk saya kelak? Siapa lagi yang akan memuji saya kalau bukan Pancit?! AAAAAAA!!!

Saya setuju untuk menjadikan anak sebagai prioritas nomor satu, tapi jangan sampai jadi satu-satunya. Aspek pernikahan dan keluarga itu bukan hanya anak.

Menurut saya hubungan antara suami dan istri harus selalu dipelihara, tidak dikesampingkan, bahkan setelah anak lahir. Cinta suami-istri itu harus tetap selalu dibangun. Cinta itu harus selalu diusahakan, diingatkan, diperjuangkan agar tetap membara 😀 Kalau kitanya sendiri sudah berhenti mengusahakan, jangan heran kalau cinta menjadi dingin dan alasan untuk mempertahankan pernikahan tak lebih dari sekedar “agar anak-anak tidak menjadi anak broken home”.

Oleh karena itu, dari sekarang saya berusaha mendoktrin Pancit. Supaya saya tetap mendapatkan hak gombal saya meskipun ada si mbel di antara kami. Sejauh ini sih Pancit setuju-setuju saja. Semoga nanti dia tetap ingat kalau saya pernah menjadi orang terkiyut dalam daftarnya sebelum embel lahir. Dan semoga gombalan-gombalan Pancit untuk saya tetap up to date. Aamiin.

Gambar diambil dari sini.

Leave a Reply