Belanja Belanji

Pancit: Kamu kan orangnya ga suka belanja.

Maris: Dih, apaan ga suka belanja?! Ya sukalah! Mana ada orang ga suka buang-buang uang bela-beli sesuka hati.

Sebenarnya, saya pengennya belanja banyak-banyak. Tapi, saya harus tegas. Saya punya prioritas dalam kehidupan.

Sesuai dengan daftar kebutuhan primer yang sudah kita pelajari sejak zaman SD, item teratas dalam daftar belanja saya adalah pangan. Saya bukan tipe orang yang suka cobain restoran kiri kanan. Saya juga bukan tipe orang yang suka makan-makanan mewah. Saya cuma orang biasa, cenderung konservatif, yang mulutnya selalu pengen ngunyah. Saya harus selalu punya cemilan.

Kebiasaan cemil-mencemil ini berkembang sewaktu saya jauh dari orang tua. Ibu saya yang khawatir akan kesehatan mental anaknya jika dibiarkan kelaparan itu selalu berpesan,

“Kalau makan jangan ditahan-tahan ya, nak. Jangan disimpan-simpan uang untuk makanan.”

Pada awalnya si Pancit ga setuju dengan kebiasaan saya yang suka nyemil, tapi lama kelamaan, malah dia yang ketularan suka nanyain cemilan, “kita punya cemilan ga? Pahit nih mulut.”

Walhasil, setiap saya melirik dompet setelah menemukan barang yang saya suka di suatu toko, saya hanya bisa menerima kenyataan bahwa para penghuni Kelurahan Dompet sudah hijrah ke jamban terdekat.

Yah begitulah. Di musim hampir-dingin ini saya hanya bisa berharap setan-setan cemilan berbaik hati untuk tidak menggoda saya, agar saya bisa mewujudkan impian saya: mengikuti gaya fashion idola saya. *komatkamitbacadoa

 

Leave a Reply